Jakarta (ANTARA) - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyatakan sudah menyiapkan strategi melalui desain besar (grand design) untuk memitigasi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat eskalasi konflik Iran dan Israel.
"Kita sudah punya grand design untuk mitigasi PHK bagaimana kemudian program-program yang sifatnya spesifik," kata Menteri Ketenagakerjaan Yassierli di Jakarta, Selasa.
Disampaikan dia, eskalasi konflik dua negara di Timur Tengah tersebut secara langsung berdampak pada industri di Tanah Air, khususnya yang melakukan ekspor, serta konflik itu turut memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara global.
Disampaikan dia, pihaknya sudah menjalankan program jaminan kehilangan pekerjaan (JKP) yang dari awal tahun sudah diperkuat supaya pekerja yang terkena PHK mendapatkan manfaat maksimal.
Pihaknya juga memfasilitasi peningkatan kompetensi, serta membuka peluang lebih besar untuk mencari pekerjaan yang baru. Selain itu, pihaknya secara konsisten menjalin koordinasi dengan lembaga terkait dan pemerintah daerah.
"Kondisi geopolitik global ini harus kita respons bersama-sama, karena ujungnya itu yang di hilir adalah Kementerian Ketenagakerjaan," katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Kemnaker, Indah Anggoro Putri menyampaikan hingga minggu pertama Juni, angka PHK di Indonesia mencapai 30 ribu orang.
"Sekitar 30 ribuan per akhir Mei sampai minggu pertama Juni," katanya.
Di platform X, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan mengenai gencatan senjata antara Iran dengan Israel.
Jika rezim Israel menghentikan agresi ilegal terhadap rakyat Iran paling lambat pukul 4 pagi waktu Tehran, kata Araghchi, pihaknya tak berniat melanjutkan tanggapan.
baru-baru ini, Iran juga meluncurkan serangkaian rudal ke Pangkalan Militer Amerika Serikat Al Udeid di Qatar.Jumlah rudal yang ditembakkan dalam serangan adalah sama dengan
"Jumlah bom yang digunakan AS saat menyerang fasilitas nuklir kita" menurut Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
Korps Garda Revolusi Islam Iran (IGRC), yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, menyebutnya sebagai pesan langsung kepada Washington dan sekutunya.